Puisi - Puisi M.Z Bilal; Sebuah Alegori
(sumber ilustrasi : lpmarena.com) |
Sebuah Alegori
Kadang, kata-kata terlihat lebih gelap dari malam hari
Matamu mencari ke ruang-ruang sendiri
Dan tanganmu meraih
bintang-bintang yang tak pernah kehabisan amunisi
Adakah yang lebih sepi dari dekut burung kukuk?
Dan lebih duka dari kabut kelabu?
Di ketinggian, pohon makna tak pernah menggugurkan
daun-daunnya. Ia menemanimu meski hanya dengan diam
Dan berbisik sesekali.
Suatu ketika, kau ingin menjadi laut
Rumah bagi ikan-ikan yang bahagia
Tapi lebih sering kau tak ingin menjadi apa-apa
Kau hanya ingin terus melangkah, jauh, berbelok-belok dan
merindu
Mendedah diri sendiri di alun-alun kota
Hingga kau saksikan sebuah pintu bersepuh emas
Terbuka lebar di kejauhan; rumah sang maha cahaya yang
hangat dan lembut.
Ramah menyambut tiap tamu
Yang datang dengan senyum dan pelukan kedamaian.
Hatimu seringkali menulis surat Yang tak pernah kau tahu
hendak dikirim ke mana
Lantas surat itu pun terbang tinggi
ke langit
Memiliki sayap yang besar sekali
Lalu berenang ke laut dalam
Menjadi gurita dan menyusuri jalan kecil
Lalu masuk ke dalam labirin dan keluar sambil tertawa keras
sebagai beruang
Atau menjadi sebilah pedang mengilat, tak takut mati?
Menemui dan menjadi apa saja yang bisa menyembuhkan
luka-luka
dan mengusir rasa bosan yang celaka
Serta menutup kisah perjalanan
sebuah alegori. Di kemudian hari
Kamar Alegori, Agustus 2019
3 Doa Pendek
Memelukmu sepenuh keberadaan
Mencintaimu setiap keadaan
Merindukanmu dalam ketiadaan
Kamar Alegori, Februari 2020
Mendewasakan Rindu
Oleh : Taufiqillah
Di dalam dadamu
Rindu tumbuh seperti anak kecil yang tak menahu
Apapun selain kau yang menginginkan sesuatu
Kau pernah kehilangan arah dan gugur
seperti daun-daun angsana saat musim kemarau
Datang lebih awal pada akhir pekan yang hening
Kau hendak menangis karena itu
Tapi kauseka airmata sebab matahari di atas kepalamu tak
menginginkan itu
Kau ingin pulang ke tempat semua orang bisa merasa tenang,
demikian katamu
Kadang kau begitu benci kenapa perasaan untuk hati-hati
malah membuatmu mendapati rasa penasaran
Untuk jatuh lebih dalam
Kepada ruang gelap yang hanya kau tahu di mana itu
Padahal kau mestinya berlari jauh, bebas, dan rakus menatap
langit biru yang teduh
Karena Dia tak akan menghentikan senyumNya
Untuk tiap-tiap pelarianmu.
Sekali lagi, di dalam dadamu
Rindu tumbuh seperti pohon peneduh
Dan kaulepaskan tiap daun yang luruh dengan senang
Tanpa beban esok apakah baik-baik saja atau sebaliknya
Kau terus menguatkan pelukan pada tubuhmu agar tak tumbang
diempas angin kencang yang gemar datang tanpa diundang
Karena kau ingin kelak rindu tumbuh dewasa dan pulang ke
kampung halaman membawa cerita-cerita
bahagia tentang hari ini dan nanti.
Imperium Rindu, Januari 2020
Penulis adalah M.Z. Billal, lahir di Lirik,Indragiri Hulu,
Riau. Menulis cerpen, cerita anak, dan puisi. Karyanya termakhtub dalam
kumpulan puisi Bandara dan Laba-laba (2019, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali),
Membaca Asap (2019), Antologi Cerpen Pasir Mencetak Jejak dan Biarlah Ombak
Menghapusnya (2019) dan telah tersebar di media seperti Pikiran Rakyat, Rakyat
Sumbar, Radar Mojokerto, Haluan Padang, Padang Ekspres, Riau Pos, apajake.id,
Fajar Makassar, Banjarmasin Post, Magelang Ekspres, Radar Cirebon, Kedaulatan
Rakyat, Lentera PGRI, Kurungbuka.com, Medan Pos, Radar Malang, Radar
Tasikmalaya, Bangka Pos, Travesia.co.id, Radar Bekasi, mbludus.com, Tanjung
Pinang Pos, biem.co. Fiasko (2018, AT Press) adalah novel pertamanya. Bergabung
dengan Community Pena Terbang (COMPETER) dan Komunitas Pembatas Buku Jakarta
Posting Komentar untuk "Puisi - Puisi M.Z Bilal; Sebuah Alegori"