Bidang Studi Gender Jadi Perhatian Khusus PC IPNU IPPNU Jepara

Sambutan ketua PC IPPNU Jepara pada Opening Ceremony Kelas Pelajar Gender

Jepara, Biliksantri.com - Minimnya minat kader IPNU IPPNU Jepara di bidang studi gender menjadi perhatian khusus Pimpinan Cabang. Padahal, perlakuan dan posisi peran masih sering dianggap rendah di masyarakat. Hal itu dijadikan alasan studi gender harus tetap eksis menjadi bagian dari materi kaderisasi.

"Awal dari keresahan kami, kami mendengar cukup sulit mencari pemateri studi gender sehingga hati ini kami bermaksud menindaklanjuti hal tersebut," jelas Hamam selaku Wakil Departemen Kaderisasi PC IPNU Jepara pada kelas Gender Pelajar, Sabtu (01/06/2024) di gedung PCNU Jepara.

Diikuti oleh 60 peserta, melalui kegiatan ini Hamam berharap para kader dapat menjadi pemateri di setiap event kaderisasi wilayah masing-masing.

"Kami berharap kalian akan menjadi referensi pengisi materi studi gender di Ranting masing-masing," harapnya.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Kabupaten Jepara, Miftahul Ilya Nasruh mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan harus bisa memahami peran dan posisi.

"Mohon dimaksimalkan, karena gender penting untuk kita semua baik laki-laki dan perempuan harus memahami posisi tersebut," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Pusat Studi Gender dan Anak Unisnu Jepara, Santi Andriyani menjelaskan lima bentuk ketidakadilan gender yakni stereotipe, subordinasi, beban berlebihan, marginalisasi serta kekerasan.

"Sering kali banyak yang mendapatkan stereotipe pelabelan dari orang sekitar kalau laki-laki kalau belum nikah itu macem (dapat dimaklumi) sebaliknya perempuan malah di kucilkan," jelasnya.

Ia menambahkan ketidakadilan tersebut terjadi oleh beberapa hal yakni budaya patriarki serta pemahaman agama yang kurang komprehensif.

"Budaya patriarki kita yang menganggap bahwa laki-laki lebih kuat dan perempuan sekedar konco wingking (teman dibelakang) bukan konco sanding (teman kolaborasi dan ditambah surat Al-Qur'an an Nisa bahwa laki-laki sebagai pemimpin perempuan," tambahanya.

Alfia/Ifa