Belajar, Belajar dan Belajar
biliksantri.com - KH. MA Sahal Mahfudz, Kejen Pati Jawa
Tengah, dengan ketinggian ilmu dan rendah hatinya, seringkali dianggap memiliki
ilmu laduni. Yaitu sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT secara
otodidak, cepat dan praktis dapat mendalami cabang keilmuan tertentu.
Menanggapi hal itu, Kiai Sahal dengan kesederhanaannya menepis dengan ungkapan
"Aku nggak punya ilmu laduni. Aku bisa begini ya karena belajar, belajar
dan terus belajar dengan keras."
Di sudut lain, ada Christian "El Loco" Gonzales,
pemain sepakbola Indonesia. Meski pemain veteran (umurnya lebih 40 tahun) dapat
sederet prestasi di masa karir mudanya. Ia tetap konsisten bermain dan
stabilitas staminanya yang masih kuat. Pada pemain lain, Gianlugi Buffon, kiper
legendaris Juventus, mendisiplinkan diri dengan berlatih lebih berat dibanding
pemain lain. Dari ketiganya, kita bisa mengambil pelajaran, bahwa mereka tidak
lelah belajar.
Belajar selalu berhubungan dengan tekad, kemauan, harapan
dan selalu menghadapi tantangan dengan berani. Belajar bisa dimana saja, kapan
saja dan usia berapa saja. Bahkan, Islam menganjurkan belajar dari sejak kecil
sampai meninggal dunia. Umur bukan jadi penghalang.
Soal penaklukan usia, Imam Abu Bakar Al-Qaffal bisa jadi
teladan. Ia merupakan madzhab Syafi'i yang baru belajar agama di usia 30 tahun.
Sebelumnya, ia lama menghabiskan waktu membuat gembok. Profesi yang dilekatkan
pada namanya hingga wafat, Al-Qaffal alias pengrajin gembok. Agak telat memang,
namun kegigihan mengejar ketertinggalannya menjadi ulama terkemuka di zamannya.
Keterbatasan daya ingat, benarkah ada? Para ulama telah
memberi contoh bahwa apabila kegeniusan itu memang ada, maka memaksimalkan daya
ingat dan kekuatan pikiran pastilah juga ada. Diriwayatkan, Imam Hasan
An-Naisaburi mengulang-ulang hafalannya hingga 50 kali, Imam Ilkiya Al-Harrosi
mengulang pelajarannya sebanyak 70 kali. Mereka mendayagunakan akal pikiran
untuk menjelajahi spektrum keilmuan dengan cara mengulang-ulang hafalannya
hingga melekat. Hal itu pula yang selalu diterapkan di Pondok Pesantren oleh
Kiai kepada santrinya. Metode itu pun ditiru oleh pendidikan madrasah.
Jadi, tak ada ilmu yang langsung dipahami tanpa proses
belajar dan kerja keras serta waktu yang panjang.
Penulis Muhammad Nur Salim, dikutip dari Kiai Kantong Bolong
Posting Komentar untuk "Belajar, Belajar dan Belajar "