Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Naruto, Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan

 
naruto-muslim-berpeci
Beberapa karakter dalam serial kartun Naruto (foto : pinterest.com)

Biliksantri.com - Pernahkah kamu melihat serial kartun Naruto?. Sayang sekali kalau tak pernah lihat, apalagi tak pernah dengar. Bagi saya, itu adalah dosa mugholadhoh yang  dikutip dari Kitab an-naruto wa shifatuhu. Dulu waktu remaja, hampir setiap sore, saya habiskan waktu untum menonton Si Anak Musang itu.

Kartun yang berasal dari Negara Jepang tersebut, telah menerbitkan beberapa season dan the movie dengan berbagai episode. Menariknya, setiap season ada sangkut pautnya dengan perjalanan kehidupan Naruto dan Desa Konoha secara keseluruhan.

Kehidupan Ninja atau yang biasa disebut Shinobi itu adalah bagian dari kartun Naruto. Di kehidupan nyata mereka lebih mirip dengan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang sekarang pecah menjadi TNI dan Polisi. Termasuk intelijen juga ikut mewarnai kartun itu.

Naruto adalah seorang yang tak punya bapak dan ibu sejak kecil alias yatim piatu. Keduanya meninggal ketika mempertahankan Desa Konoha dari serangan Kyubi (Moster Musang). Ayahnya bernama Minato, dalah Mantan Presiden Konoha Ke-4 (Hokage).

Naruto memiliki jiwa tak kenal menyerah dalam latihan. Ia berusaha menjadi ninja Shinobi yang kuat dan dapat menolong sesama. Meski diremehkan, namun tak menyurutkan niatnya untuk terus belajar mengasah kemampuan. Sehingga, beberapa guru dan teman sebayanya kagum dengan sikap Naruto. Maklum, siswa caper sana sini.

Ilmu yang didapat Naruto tak lantas membuatnya berhenti belajar. Justru, semakin ada lawan yang kuat, ia pasti ingin mengunggulinya. Hal ini tak terlepas dari guru-guru yang pernah mengajarkan ilmu kepadanya. Guru khusus yang paling banyak ia pelajari ilmunya adalah Jiraya, Sang Pertapa Genit.

Ia merupakan salah satu dari tiga legenda sanin  (semacam guru besar ) Desa Konoha. Melalui Jiraya, Naruto memiliki kekuatan rasinggan andalannya. Bahkan, bisa dirubah bermacam bentuk sesuai keinginan penggunanya. Ilmu ini diciptakan oleh Minato dan dikembangkan oleh Jiraya.

Dari sinilah muncul sanad keilmuan yang dimiliki Naruto. Dalam dunia pesantren, hal ini menjadi suatu kewajiban bagi santri dan kiai. Minato dan Naruto merupakan murid Jiraya. Sedangkan Naruto adalah anak Minato. Jika kita tarik ke atas, Jiraya adalah murid dari Saratobi (Hokage Ke-3). Mata rantai ilmu ini bertemu dengan orang yang berbeda dan akan melahirkan karakter yang berbeda pula.

Minato pun memiliki 3 murid, yakni Kakashi, Obito dan Rin. Kakashi juga gurunya Naruto. Dari sini semakin jelas, sanad keilmuan seorang guru ke murid sangatlah penting. Meski, ilmu si murid lebih tinggi, tetap keberadaan guru yang pernah mengajar takkan pernah tergantikan. 

Naruto dan Pondok Pesantren


Lalu apa hubungannya Naruto dengan Pondok Pesantren?. Saya berpikir mungkin Naruto pernah mondok di salah satu pesantren yang ada di Indonesia. Lirboyo atau Tebuireng mungkin. Pasalnya, tradisi sanad keilmuan antara guru dan murid di serial Naruto mirip di Pondok Pesantren. 

Di pesantren, kita bisa melihat sanad keilmuan yang begitu sambung menyambung antara kiai dan santri. Contoh KH. Muhammad Kholil (Mbah Kholil) Bangkalan adalah guru dari KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri NU). Mbah Kholil dan Mbah Hasyim Asy'ari adalah murid Syekh Marfud attermasi. KH. Zubair Dahlan adalah gurunya KH. Sahal Mahfud dsb. 

Tradisi ini sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW dan generasi sahabat. Ditularkan ke generasi tabi'in dan tabi'ut tabi'in hingga akhirnya sampai pada ulama-ulama Islam yang ada di Indonesia. Kalau tak memiliki sanad, maka ilmu itu akan dipertanyakan.

Jangan-jangan hanya memakai nafsu belaka dalam menentukan hukum. Tidak tahu asbabul nuzul dan asbabul wurud nya seperti apa. Main rasinggan begitu saja, sehingga meruntuhkan orisinalitas ilmu itu sendiri.

Oleh karenanya, kita sebagai generasi muda harus cerdas memilih guru. tentu yang memiliki sanad keilmuan yang jelas. Mulai dari Kiai ini belajar pesantren mana. Berapa tahun dan belajar dengan siapa. Semuanya harus jelas dari A sampai Z. Ibarat Naruto, dari Eyang Hashirama sampai Boruto (anak Naruto).

Itulah sebabnya, fenomena penceramah dadakan yang menjamur saat ini perlu dikoreksi dan disharing baik-baik. Jangan telan mentah-mentah isinya. Nanti terkena jurus kagebunshin no jutsu Naruto lagi. Hadeh... ambyarrr...

Penulis adalah Muhammad Nur Salim, pernah jadi penggemar kartun Naruto dikala remaja

1 komentar untuk "Naruto, Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan "

  1. kayaknya jadi pengemar naruto itu dari remaja sampai sekarang masih jdi pengggemar

    BalasHapus