Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Ramadhan, Momentum Perubahan Pola Pikir dan Perilaku


Ilustrasi orang sedang berdoa (foto : Dakta.com)
Biliksantri.com - Bulan Ramadhan adalah bulan yang pernuh berkah dan istimewa. Namun, apakah sesungguhnya nilai yang terkandung didalamnya sehingga demikian istimewa penghormatan yang disematkan kepada Ramadhan jauh di atas bulan lainnya?.

Segala amal ibadah akan dilipatgandakan pada bulan ini. Bahkan ditetapkan jenis ibadah wajib khusus bagi umat Islam dunia yakni puasa. Dengan segala 'fasilitas' dan 'motivasi' seperti itu terbuka kesempatan sangat lebar bagi setiap muslim untuk mensucikan dirinya sedemikian rupa hingga putih bersih 'sebagaimana saat kelahirannya'.

Masalahnya adalah apakah kita cukup peduli pada keistimewaan Ramadhan, cukup tanggap untuk memperoleh manfaat dari kedatangannya kembali saat ini, saat kita masih diberi kesempatan untuk itu?. Sebab, tak seperti Keistimewaan yang terdapat pada suatu barang, keistimewaan yang ditetapkan pada suatu tanda waktu adalah Keistimewaan pasif yang tidak dengan sendirinya aktual.

Dibutuhkan respons dan aksi untuk menjadikan keistimewaan itu berlaku bagi siapa saja. Sebagaimana hari ulang tahun, tak bermakna apa-apa jika tidak 'dimaknai' oleh orang yang dilahirkan pada tanggal itu. Ramadhan hanya akan bermakna jika kita mengisinya dengan berbagai amal yang bernilai indah di mata Allah SWT.

Tanpa itu, Ramadhan hanya akan menjadi satuan waktu biasa, setiap harinya sama tidak istimewanya dengan lebih dari tiga ratus hari lainnya dalam sistem penanggalan hijriyah. Tidak akan bermakna pula jika kita sendiri tak menempatkan makna khusus terhadapnya.

Makna khusus disini tak berarti harus mencurahkan segala daya upaya kita untuk bernilai lebih di hadapan Allah SWT pada bulan ini saja, untuk selanjutnya bersikap teledor dalam waktu yang sebelas kali lipat lebih panjang.

Nilai optimal Ramadhan baru bisa didapat jika kita menempatkan bulan ini sebagai inspirasi dan momentum untuk mengubah pola pikir dan perilaku kita. Dari yang masih menghormati kesalahan dan kekhilafan pribadi atas hak-hak Allah SWT, menjadi sepenuhnya peduli dan sadar bahwa hanya hak Allah-lah yang berlaku mutlak atas kita sebagai hamba-Nya. Karena kalau kita selalu fasih berbicara tentang keseimbangan hak dan kewajiban sebagai pengikat surau interaksi yang saling menghormati, maka sesungguhnya Allah SWT telah memenuhi segala 'hak' kemanusiaan kita atas-Nya. Pertanyaan selanjutnya muncul, apakah hak ketuahanan-Nya telah pula kita penuhi?.

Berbicara tentang hak Allah SWT tidak hanya akan berarti tuntutan untuk memenuhi segala kewajiban transendental kita kepada-Nya. Termasuk dalam pemenuhan hak itu adalah memperbaiki pola hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar. Karena itu, Ramadhan harus jadi momentum perubahan, baik bagi pribadi maupun segala permasalahan sosial kita. Termasuk didalamnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih daripada ketekunan sepenuh hati yang kita curahkan di dalamnya, sungguh akan lebih baik jika menerima Ramadhan ini sebagai bulan 'pelatihan'. Di mana, segala keterampilan, wawasan dan kesadaran yang kita peroleh darinya mewarnai seluruh kehidupan kita sesudahnya.

Tetapi bukankah Ramadhan adalah sekedar tanda waktu yang rutin akan kembali pada saatnya nanti?

Ah, siapakah kita ini, hingga seyakin itu kita masih menemui kesempatan mulia itu di masa mendatang. Bukankah waktu, sebagaimana hidup adalah misteri terbesar bagi umat manusia.

Penulis Muhammad Nur Salim, intisari dari Buku Dialog Problematika Umat

Posting Komentar untuk "Hakikat Ramadhan, Momentum Perubahan Pola Pikir dan Perilaku"