Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Agama Islam di Internet Tak Sepenuhnya Benar

ilustrasi belajar lewat internet (blog.oshop.co.id)

Jepara, biliksantri.com - Konten media sosial kini dipenuhi dengan tulisan atau video yang berisi konten agama. Kecepatan dalam mengakses internet membuat masyarakat terutama pelajar dengan mudah 'mengonsumsi' ajaran-ajaran agama secara masif dan praktis. Namun yang menjadi kendala adalah ketika mereka tanpa dasaran agama yang kuat, akan terpengaruh konten yang disitu bersifat membenci kaum lain. Istilah yang sering dipakai yakni ujaran kebencian.

Menurut Ketua IPNU Mayong, Muhammad Muslim, ada beberapa orang di internet yang mengatasnamakan agama Islam, tetapi perilakunya memaki orang lain atau agama lain. Akibatnya, ada anggapan dari orang non-muslim bahwa Islam itu keras. Alangkah lebih baik jika internet diisi konten yang mengajak ke hal positif.

"Diantaranya bagaimana bergaul yang baik antar umat beragama," ujarnya saat mengisi seminar online "Menulis untuk Organisasi dalam Bingkai Islam yang Ramah Tamah" pada Ahad (04/05/2020) di media sosial WhatsApp.

Muslim menambahkan yang tak kalah penting dari belajar agama yakni sosok yang ahli dalam keilmuan agama.  Alm. KH. Maimoen Zubair dan KH. Sya'roni Ahmadi misalnya yang mengajarkan Islam dengan ramah tamah dan santun. Tak mudah menyalahkan orang lain dikarenakan wawasan keagamaannya yang luas.

"Maka ada istilah, semakin orang itu cerdas, maka kemungkinan kecil ia mengejek orang lain," katanya.

Belajar Agama ke Ahlinya


Peneliti dari Paradigma Institut Kudus, Muhammad Nur Salim juga menyanyangkan konten internet yang tak mengindahkan aturan jurnalistik. Setidaknya konten tersebut berisi ajaran agama dengan benar sesuai yang disampaikan oleh ahlinya. Sekarang ini banyak media abal-abal, sehingga membuat gaduh masyarakat.

"Ciri media yang baik harus seimbang tulisannya," katanya.

Nur Salim menyarankan agar masyarakat harus jeli dan teliti dalam memilih media untuk diikuti. Paling tidak mengetahui media mana terjamin kualitasnya dan yang hanya cari sensasi.

Menurutnya para pelajar seringkali menjadi korban tulisan Islam garis keras. Tanpa dasaran agama yang cukup, mereka mudah terpengaruh. Ini menjadi perhatian bersama terutama orang tua dan guru agar memantau perkembangan anaknya.

"Sayang, ketika anak sedang asyik bermain gawai, dan membuka yang tidak-tidak,
Pengawasan orang tua terlena," ungkapnya.

Nur Salim juga memberi pedoman bagaimana cara agar kita tak terpengaruh konten agama di internet. Yakni kalau belajar agama jangan lewat internet. Belajarlah dan bersilaturahim ke ahlinya. Hal ini dikarenakan belajar agama di internet tak sepenuhnya benar.

"Kalau terpaksa di internet, coba ditanyakan dulu ke ahlinya. Saling cek benar dan tidaknya. Baik dan buruknya," katanya.

Acara ini terselenggara atas kerjasama antara PAC IPNU IPPNU Mayong dan OSIS SMA N 1 Mayong. Peserta yang hadir sekitar 250 orang pelajar dari berbagai daerah dalam dan luar Jepara.

(Far/Ifa)

Posting Komentar untuk "Belajar Agama Islam di Internet Tak Sepenuhnya Benar"