Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diantara Pesan Mbah Moen Kepada Santri Sarang

foto : semaranginside.com


“Memuliakan keturunan Nabi itu tidak karena kesholehan serta kealimannya, tapi karena beliau keturunan Nabi. Adapun jika dzurriyah Nabi itu alim, maka dobel cara kita memuliakannya”

*

Alkisah, ada seorang syarifah (wanita keturunan Rasulullah SAW) janda ditinggal wafat suaminya dan meninggalkan tiga orang anak perempuan. Karena tak ada yang dimakan, sang syarifah meminta pertolongan kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan dia dan 3 orang anaknya.

Sampai suatu ketika ia melihat seorang guru besar Islam beserta para muridnya. Pada saat guru besar Islam itu diberitahukan oleh syarifah akan hal keadaannya maka sang guru berucap:

“Berikan aku bukti bahwa kau syarifah,” ucapnya sambil tidak mau memalingkan wajahnya ke arah syarifah.

Karena diabaikan, sang syarifah pun pergi dengan hampa. Lalu dia melihat ada seorang saudagar kaya yang sedang duduk.

Sang syarifah bertanya “Siapa orang itu?”

Maka dijawab “Dia adalah seorang Majusi (penyembah matahari) yang menjadi pengurus kota ini.”

Karena terpaksa, sang syarifah minta bantuan kepada si majusi tersebut. Ternyata dia baik hati dan membantu syarifah dan anak-anaknya. Sehingga mereka disuruh bermalam di rumahnya dan makan makanan yang enak serta menginap dengan keadaan yang sangat lebih baik dari sebelumnya.

Pada malam itu sang guru besar Islam bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat hari kiamat, dan melihat ada istana megah luar biasa di surga.

Kaum muslimin masuk surga atas perintah Rasullullah. Akan tetapi Rasul berpaling muka atas sang guru besar Islam.

Sang guru berkata “Ya Rasulullah, kenapa engkau enggan memandangku padahal aku muslim?"

Maka Nabi SAW menjawab “berikan aku bukti bahwa kau memang muslim!"

Sang guru panik luar biasa. Kemudian Rasulullah berucap “Ingatkah engkau di dunia pernah berkata sedemikian pada cucuku.”

Akhirnya sang guru terbangun dari tidur dan menangis dahsyat. Lalu bergegas menyuruh muridnya mencari sang syarifah ke penjuru kota. Alhasil, sang guru tahu bahwa sang syarifah di tempat saudagar majusi. Sang guru pun bergegas kesana.

Saat bertemu saudagar majusi, sang guru berucap “Wahai fulan, tolong serahkan si syarifah padaku. Aku ingin memuliakan beliau”.

Si saudagar majusi menolak dan tidak mau menyerahkan sang syarifah. Kemudian sang guru besar memaksa saudagar majusi dan menawarkan sejumlah harta yang besar agar sang syarifah diserahkan padanya. Tapi sang saudagar tetap menolak. Akhirnya sang guru besar bercerita perihal mimpinya pada si saudagar majusi.

Saudagar berucap “Ketahuilah wahai guru besar. Sesungguhnya istana yang sangat megah yang kau lihat dalam mimpi itu kepunyaanku. Itu sebagai hadiah kecil yang diberikan padaku karena aku telah menolong sang syarifah serta anak-anaknya. Dan ketahuilah bahwa aku, istriku, anak-anakku, serta semua yang ada di rumahku telah bersaksi, LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH.”

Kami masuk Islam lantaran keberkahan yang dibawa syarifah. Dan di dalam mimpi Rasulullah berkata padaku “Sesungguhnya engkau telah ditakdirkan sebagai muslim, serta keluargamu.”

Sang guru besar pun menangis terisak-isak dan sangat menyesali perbuatannya.

Beginilah rahasia memuliakan keturunan Rasulullah SAW. Cerita ini jadi pelajaran sangat berharga bahwa sebuah keniscayaan bagi kita untuk memuliakan para anak-cucu, ahlul bait Nabi SAW.
Alwy Abu Bakar Al-Habsyi

Posting Komentar untuk "Diantara Pesan Mbah Moen Kepada Santri Sarang"