Cerita Gus Dur dan Langit Terbelah di Padang Arafah
Gusdur (foto : sahabatgusdur.blogspot.com) |
Biliksantri.com - Kasyaf/mukasyafah secara gampang bisa diartikan tersingkapnya tabir yang menutupi hal-hal ghaib pada seseorang karena tingginya derajat spiritualitasnya. Sehingga orang tersebut bisa melihat hal ghaib yang bagi kebanyakan orang tidak bisa melihat atau tertutupi.
Nah, suatu ketika, Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wachid (Gus Dur) berangkat haji dengan “bolo-bolo plek” alias teman-teman akrabnya. Ada Abah Amanulloh Tambakberas, ada Kyai Mu’adz dan Kyai Nukman Tohir Kajen Pati, ada juga H. Masnuh Waru Sidoarjo, dan beberapa orang lainnya. Keberangkatan haji rombongan ini sangat istimewa karena membawa misi khusus dari sesepuh-sesepuh NU untuk wiridan menjelang muktamar.
Di tengah suasana wukuf di padang Arafah, tiba-tiba Gus Dur mengajak H. Masnuh untuk keluar dari tenda dan menggelar sajadah di samping tenda. Mereka berdua berdzikir dan berdoa di luar tenda tanpa atap yang menghalangi panasnya matahari di Arafah.
Tiba-tiba Gus Dur berbisik kepada H. Masnuh.
“Ji, lihatkan langit ya. Kalau langitnya terbelah segera beritahu saya dan kita langsung berdoa. Sampeyan baca doa sapu jagat aja sampai langit itu menutup kembali.”
Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba H. Masnuh tergopoh-gopoh dan bilang ke Gus Dur:
"Gus.. Gus.. Langitnya sudah membelah,”. Gus Dur segera merapal doa-doa dan H. Masnuh membaca doa yang diperintah Gus Dur untuk membacanya, sampai langit tertutup kembali.
Setelah langit menutup kembali, Gus Dur segera mengajak H. Masnuh untuk kembali masuk tenda.
“Ji, ayo kembali dan kita tidur saja di dalam tenda,” kata Gus Dur.
"Lo Gus.. Ini waktu wukuf masih lama, kenapa kok tidur?”.
“Tidak apa-apa, biarkan mereka terus berdzikir dan berdoa. Saya mau tidur saja. Karena langit sudah tutup," jawab Gus Dur sambil terkekeh khas beliau.
Itulah tanda kasyaf nya Gus Dur, hamba Allah istimewa yang bisa diberi kemampuan melihat tanda-tanda alam yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.
(Red)
Posting Komentar untuk "Cerita Gus Dur dan Langit Terbelah di Padang Arafah"