Adaptasi New Normal, Pembentukan Karakter Anak di Kampung Patut Diperhitungkan
Jepara, biliksantri.com - Pandemi covid 19 telah meluluhlantakkan peradaban manusia di hampir semua bidang kehidupan. Mulai dari ekonomi, transportasi, konstruksi, pariwisata, pendidikan bahkan agama. Namun, masih diselamatkan peradaban teknologi informasi dan telekomunikasi.
Hal itu disampaikan Ketua Lakpesdam PBNU, Rumadi Ahmad dalam diskusi terbatas Antisipasi Lost Generation dan Adaptasi Kenormalan Baru di Bidang Pendidikan yang diselenggarakan Fasih Foundation di Joglo Kopi Deplok, Mindahan, Batealit Jepara, pada Sabtu (12/09/2020) lalu.
Rumadi mengatakan ada sekitar 200 negara yang terdampak pandemi Covid-19. Dari negara yang ketat menerapkan protokol kesehatan hingga laju ekonominya anjlok. Ada juga negara yang menerapkan herd immunity. Sehingga angka kematian tinggi.
"Negara kita lebih moderat dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam kebijakan perang melawan pandemi global covid-19. Partisipasi masyarakat ini sangat penting untuk menghadang laju ketidakpercayaan kepada pemerintah yang dihembuskan pihak yang ingin mengail di air keruh.
Ia yakin dengan peran serta masyarakat, terutama di bidang pendidikan, lost generation bisa diantisipasi dan diminimalisir. Masyarakat kampung misalnya sudah terbiasa hidup dalam keterbatasan. Selalu punya solusi alternatif yang solutif dan konstruktif.
Ketika pemerintah mempunyai kebijakan menutup sekolah dan melalukan pembelajaran jarak jauh, kita di kampung masih bisa belajar tatap muka secara terbatas di rumah kyai atau musholla.
"Kalau sekedar ta'lim, mungkin mbah google lebih jagoan. Tapi pendidikan anak-anak juga membutuhkan pembentukan karakter dan budi pekerti," kata pria yang juga menjabat sebagai tenaga ahli kantor Sekretariat Presiden.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi menyoroti besarnya anggaran pendidikan 20 persen yang tidak merembes ke pendidikan pesantren, madrasah diniyah dan TPQ.
Menurutnya, kader muda NU, baik Lakpesdam, LTN NU, RMI, PMII maupun Rijalul Ansor harus bisa menganalisis anggaran. IPNU-IPPNU juga harus belajar mengenai kebijakan publik bidang pendidikan. Ke depan saya minta Fasih Foundation memfasilitasi pelatihan analisa kebijakan publik dan anggaran pembangunan.
"Pemerintah telah menganggarkan bidang pendidikan sangat besar. Maka pelaksanaan anggaran pendidikan ini harus kita awasi bersama," katanya.
Salah seorang peserta diskusi terbatas, Adib Khoiruzzaman menawarkan solusi pendidikan di masa pandemi dan saat pelaksanaan new normal. Menurutnya pemerintah perlu mengadopsi program pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan kyai-kyai kampung, yaitu pemberdayaan mushola.
"Di samping mengaji, di musholla bisa dijadikan sanggar belajar dengan pendampingan dari mahasiswa atau guru di sekitar musholla," kata Wakil Ketua PCNU Jepara itu.
(Zak/Lim)
Hal itu disampaikan Ketua Lakpesdam PBNU, Rumadi Ahmad dalam diskusi terbatas Antisipasi Lost Generation dan Adaptasi Kenormalan Baru di Bidang Pendidikan yang diselenggarakan Fasih Foundation di Joglo Kopi Deplok, Mindahan, Batealit Jepara, pada Sabtu (12/09/2020) lalu.
Rumadi mengatakan ada sekitar 200 negara yang terdampak pandemi Covid-19. Dari negara yang ketat menerapkan protokol kesehatan hingga laju ekonominya anjlok. Ada juga negara yang menerapkan herd immunity. Sehingga angka kematian tinggi.
"Negara kita lebih moderat dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam kebijakan perang melawan pandemi global covid-19. Partisipasi masyarakat ini sangat penting untuk menghadang laju ketidakpercayaan kepada pemerintah yang dihembuskan pihak yang ingin mengail di air keruh.
Ia yakin dengan peran serta masyarakat, terutama di bidang pendidikan, lost generation bisa diantisipasi dan diminimalisir. Masyarakat kampung misalnya sudah terbiasa hidup dalam keterbatasan. Selalu punya solusi alternatif yang solutif dan konstruktif.
Ketika pemerintah mempunyai kebijakan menutup sekolah dan melalukan pembelajaran jarak jauh, kita di kampung masih bisa belajar tatap muka secara terbatas di rumah kyai atau musholla.
"Kalau sekedar ta'lim, mungkin mbah google lebih jagoan. Tapi pendidikan anak-anak juga membutuhkan pembentukan karakter dan budi pekerti," kata pria yang juga menjabat sebagai tenaga ahli kantor Sekretariat Presiden.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi menyoroti besarnya anggaran pendidikan 20 persen yang tidak merembes ke pendidikan pesantren, madrasah diniyah dan TPQ.
Menurutnya, kader muda NU, baik Lakpesdam, LTN NU, RMI, PMII maupun Rijalul Ansor harus bisa menganalisis anggaran. IPNU-IPPNU juga harus belajar mengenai kebijakan publik bidang pendidikan. Ke depan saya minta Fasih Foundation memfasilitasi pelatihan analisa kebijakan publik dan anggaran pembangunan.
"Pemerintah telah menganggarkan bidang pendidikan sangat besar. Maka pelaksanaan anggaran pendidikan ini harus kita awasi bersama," katanya.
Salah seorang peserta diskusi terbatas, Adib Khoiruzzaman menawarkan solusi pendidikan di masa pandemi dan saat pelaksanaan new normal. Menurutnya pemerintah perlu mengadopsi program pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan kyai-kyai kampung, yaitu pemberdayaan mushola.
"Di samping mengaji, di musholla bisa dijadikan sanggar belajar dengan pendampingan dari mahasiswa atau guru di sekitar musholla," kata Wakil Ketua PCNU Jepara itu.
(Zak/Lim)
Posting Komentar untuk "Adaptasi New Normal, Pembentukan Karakter Anak di Kampung Patut Diperhitungkan"