Puisi Nisa Aulia; Sebuah Singgasana
Sebuah Singgasana
Oleh : Nisa Aula
Suatu hari gemintang saling bercengkrama
Bersimpuh menatap kebawah – memandang penuh luka
Kadang-kadang serpihan daun berguguran
Kemuningnya runtuhi cakrawala gegeri gerbong sandiwara, pun tak ada yang hiraukan
Mendedah menyapu rakus seisi tanah – tertawa
Tentang kecamuk cerita, sebilah kenyataan nelangsa
Mereka yang teguh dengan perisainya
Sebuah sayap-sayap yang kian angkuh menerka jagad raya
Menggempur tiang-tiang penyanggah, saling berebut kuasa
Mengglegarkan ambisinya – menggurita
Sekali lagi sang gemintang menyeka sudut mata
Memaksa menegar, mendapati sebilah asa yang masih tersembunyi di cibiran lelumpuran
Menyaksikan bisu kursi-kursi singgasana – bosan
Pakaian kejayaan kian sisakan noda
Mendegam, menggaung, menjarah, mencoba genggam semesta
Kalut derai hebatnya permainan gelap si penguasa
Sempurna dikemas rapi, senandung benci di kuras lenyap
Digorengnya masa semanis gulali, gapilnya si teknologi berhasil diakali
Ujaran kebencian yang kemarin sempat menyekat pelik telinga Puan
Sesegera mungkin Tuan jagal segala bentuk gempuran emosi, kini tertunduk mengerti – memlih pergi
Sumringah bungah penjarah ulung – bersulang menang
Di balik jendela segenggam rasio paling masuk akal menilik – resah
Harap-harap menagih janji, bertanya pada kemuning daun – masih adakah celah?
Ditatap pasrah sedikit lengah, teredup pelan – nan payah
Gemintang urung meneruskan, menyeka mata – sekali lagi, hanya masa yang mampu uruskan, putuskan berdamai atau bertarung
Ilustrasi gambar dari instagram @Burhaniannas dan @annasart974 |
Posting Komentar untuk "Puisi Nisa Aulia; Sebuah Singgasana"