Puisi-puisi Haniya : Ratapan Merana
Ilustrasi Ratapan Merana (Doc. Istimewa) |
Ratapan Merana
Oleh: Haniya
Jalan setapak menemani sayap mengepak
Di atas batu dingin tak tersentuh ku berpijak
Disana terbaring jiwa jiwa mati tiada arti
Meratapi sepi, ku hadirkan rasa menyayat hati
Mereka ingin dihormati!
Jeritan jeritan tak kasat mata Mengepung relung atma gemuruh wangsa
Karena bukan hanya kalian pahlawannya
Duh, Gusti Nu Agung! Kini bersimbah air mata Melihat mereka mati tiada sia sia Dalam rengkuhan ratapan merana
Jepara, 1 Juli 2020
Semu
Oleh: Haniya
Aku adalah semu
Aku adalah bayanganmu
Aku adalah malam kelabu
Karena aku adalah hantu
Hadirku selalu dianggap tabu Namun inilah aku
Hanya segelintir orang yang tahu Bagaimanakah wujudku
Apakah kau tahu?
Kini aku selalu di sisimu Di sudut lemari, di bawah meja, di kolong ranjang Aku ada, dan akan selalu ada
Jepara, 27 Juli 2020
Tanyaku
Oleh: Haniya
Terpijak batu pualam
Disaat gagak bertengger di kegelapan malam
Sayup dzikir lantunkan kalam
Jauh rindu menggapai sang Kholik Bertanya pada takdir tentang dosa masa lalumu Kau hadapkan tanganmu Kepada sang pemilik kalbu
Terlampau jauh bejat mu Terlampau tinggi dosa dosamu Hangus percaya diri
Apakah engkau akan diampuni? Tuhan ada ...
Tuhan ada ...
Tuhan ada ...
Cukup kau tunjukan sujud ampunmu kepadaNya
Cukup Kau lupakan masa lalumu Pandangan pada hamparan kosong di depan
Lihatlah menara tinggi di atasmu Apa yang membuatmu ragu?
Tanyaku
Penulis adalah Haniya, Remaja Asli desa Jebol, Mayong, Jepara yang aktif di organisasi IPPNU. Karyanya tergabung dalam antologi puisi berjudul Bait-bait Perjuangan dan Puisi-puisi Kami untuk B.J Habibie . Penulis bisa dihubungi melalui Instagram di @haniyyanu
Posting Komentar untuk " Puisi-puisi Haniya : Ratapan Merana"