Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi-Puisi Joko Rabsodi; Kematian Seperti Hujan yang Rapat

 

ilustrasi  

 

KEMATIAN SEPERTI HUJAN YANG RAPAT

 Oleh: Joko Rabsodi


Ketika tuhan menjinjing sumpah

nyenyaklah dalam rahim ibu sampai terompah bumi bernyanyi

tembikar syahdu menyelundup pada garis-garis ranjang yang disediakan

kutinjau sebelah deskripsi berapa tahun bakal kuhisap bualan

kutanya roqib-atid sengap menyembunyikan sisipan ajal

harapan kian kering jibril bungkam menghidmati rayuan tuhan

aku hanya budak mendorong nasib diantara kepalan maut

khayalan pun berjatuhan sejalan getir melewati bab-bab keraguan

 

Dunia adalah narasi abal-abal yang di delegasi tuhan jumat petang

kearifan-kecongkakan imbas kecemasan benak ar-ruhul amien

Tuhan maha kuasa dan makhluk harus menjawab tebakan dalam durasi

yang tak abadi

jika dunia itu jembatan demi menentukan pintu gerbang yang lain

maka kematian jangan dijadwalkan seperti turunnya hujan yang rapat

sesak, ngeri menjadi dinamika menyedankan

bukankah tuhan tidak berspekulasi;

‘wahai jiwa yang tenang! kembalilah pada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya’


Sebelum kematian betul-betul tersungkur

sedang barisan para pengungsi berlangsung lama

ijinkan kutekuk titik lidah;

tuhan, bila kematian semboyan dari denyut baru

pinanglah aku dengan sekuncup merah mawar

agar orchestra jenazah tak linglung memikul masa depan

kembang itu rumah bagi segala kehidupan

 

Madura, 19 Jauari 2022


SEPIRING NASEHAT TOPAK LADHE

  Oleh: Joko Rabsodi


Pada sahur terakhir endapan terawih mulai tersingkir

tanggal-bulan mempresetasikan aroma yang tak asing ditelinga

di angan-angan, minggu ke minggu tak mau menunggu

bertolak kencang bahkan lupa sekedar melambai tangan

bulu kuduk berkecamuk diantara diam dan pendaman luka

secanteng onar berjingkrak dan ingin membabat tubuhnya di tutur ibu

 

Di amper pagi sebelum jam tiga tumbuh di batin kami

pelukan serupa napas yang lega menggiring cerita bersambung

sanak kerabat hulu hilir mendermakan tubuhnya yang peluh

dandanan setelah pandemi melingkar cukup dalam hingga

ke tulang rusuk jalan lalu menghalang gerak menuju ratapan

resah. menemani giling waktu berupa secangkir maaf dari ibu

tak ingin lagi kudepositokan

 

Seterpal kangen yang kurenggam

tak mampu kuluapkan ke suluk matanya, doa-doa yang dihablurkan

terlampau mahal ditakar. senyumnya yang sempit menindih

rangkulan bahunya menjelaskan betapa penting obrolan

dijahit tak perlu memperhatikan termin

hari-hari belukar sejatinya di tebang dengan kehausan rindu mencalang

 

Oh, telah lama kusiagakan manisan

untuk menentramkan masa lalu yang berdebu

kenakalan yang kubingkai guna meraih landasan

dialek  juju` yang diderakan sana` bharaja` 

sebagai lelaki bukankah aku satria yang dibidik tangguh

menggauli kematian buat sejungkar petuah

 

Etembeng pote mata ango`an pote tolang

meresap dalam susumsum dahi, mengikat erat

blusukan ke parit hati

Lebaran harus pulang!

mememes pesan dari sepiring nasi serpang dan topak ladhe

yang ibu sajikan bagi dedahan yang lapar!

 

Madura, 20 Jauari 2022


JOKO RABSODI, lahir di pamekasan-madura Santri yang mengabdi di SMA Negeri 4 pamekasan, Madura. Menulis fiksi dan non fiksi. Buku non fiksi terbarunya; “Kurikulum modern ala Gus dur" 

Alamat rumah: Jl.Gatotkoco Gg.VIII RT.02/RW.04 Kelurahan Kolpajung Kab.Pamekasan-Madura- Jawa Timur 69317


Posting Komentar untuk "Puisi-Puisi Joko Rabsodi; Kematian Seperti Hujan yang Rapat"