Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana; Seruan Adzan
SERUAN ADZAN
Oleh: Ilham Wiji Pradana
Dengarlah hatimu yang sedang merasa;
mungkin isi hatimu adalah sekumpulan
angka-angka yang rumit
atau kata-kata yang masih rusak.
Dengarlah tiap-tiap jerit yang selalu
melengking di relung hatimu. Mungkin
hatimu adalah organ yang penuh luka. Istirahatlah
Dengarlah hatimu;
Apakah hatimu menyuruh menulis puisi cinta? Tidak.
“Akupun tidak sepandai itu menulis puisi cinta”
“Akupun lebih suka mendengarkan puisi yang selalu menggema, Adzan”
(2021)
DIANTARA WAKTU MAGHRIB
Oleh: Ilham Wiji Pradana
Diantara waktu maghrib
deru angin memecah kebuntuan
hewan malam bernyanyian riang
daun-daun mangga tenang; terjatuh, melambai-lambai
seperti tangan kekasih.
Diantara waktu maghrib
Ada hal-hal yang tenang untuk merenung;
bersuka riya dengan kesendirian
hingga melamunkan sepucuk surat
yang dibawakan burung malam.
Hingga tak lupa dan,
seharusnya sadar bahwa kita seharusnya kuat.
Diantara waktu itu;
bulan menjelma mata
dan mata menjelma kita.
Kita harus sadar, bahwa hidup memang Perjalanan & Bersyukur.
(2021)
AKU DISINI; DI MASJID
Oleh: Ilham Wiji Pradana
Seruan nada ini begitu lirih
Perlahan dan pasti; mungkin cukup bergetar
Nada yang begitu lirih, cukup menenagkan hati
Bagai seorang ibu bertutur
Aku disini di masjid yang sama
Tempat untuk menenagkan hati yang lara
Tak ada kata yang indah selain do’a
Beribu kata sudah ku-susun sedemikian rupa
Seruupa puisi atau
Serupa ritmis hujan yang begitu asyik;
yang meninakbobokan para perempuan-perempuan pengembara
Di masjid yang sama
Angin menderu begitu pelan
Do’a senantiasa dipanjatkan sebegitu rupa
Dan orang-orang berdzikir pelan
(2021)
*Ilham Wiji Pradana, pemuda asli Pati, Jawa Tengah, bisa ditemukan melalui instagram @ilham_wiji.
Posting Komentar untuk "Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana; Seruan Adzan"