Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hal yang Bikin Galau


Biliksantri.com - Kita yang sering galau, mungkin bakal bertanya-tanya kenapa sih jadi sering galau begini? Lalu, pertanyaannya pun meningkat jadi pengen tahu hal apa yang sebenarnya selama ini bikin kita galau. Soalnya, kalau kita tahu hal-hal yang ternyata jadi penyebab galau itu, kan kita jadi bisa belajar buat mengantisipasinya. 

Galau, dari segi penggunaannya, menunjukkan keadaan mental yang nggak tenang, sedih, waswas, gundah, gelisah, dan putus asa. Tapi, pada perkembangannya malah jadi sangat beragam, lho, bahkan jadi singkatan. Misalnya, Gelisah antara lanjut atau udahan, atau gangguan antara lapar sama utang, atau jadi god always listen and understand. 

Balik lagi soal penyebab galau, sebenarnya faktor keluarga dan lingkungan itu punya pengaruh besar, lho, sama kegalauan. Misal, bagi penganut interaksionis, akan memandang bahwa perilaku seseorang itu banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Kalau keluarganya, atau orang tuanya bilang anaknya cantik, lalu pernyataan itu diulang terus, maka anaknya akan merasa dan berlaku layaknya gadis yang cantik dan penuh percaya diri. 

Sebaliknya, meski anaknya itu cantiknya bukan main, kalau nggak pernah disebut cantik, dan nggak ada perhatian dari keluarga dan orang tuanya, maka ya anak tu nggak bakal yakin sama kecantikannya. Bahkan, anak itu malah jadi minder dan nggak punya rasa percaya diri.

Dan, itu cuma contoh kecil. Hal-hal yang begitu itu sangat mungkin ada di lingkungan sosial, lingkungan masyarakat, atau juga lingkungan kerja. Ketika orang mengatakan dirinya sedang galau, maka ya secara otomatis, dinnya akan tersugesti buat jadi galau. Meskipun, aslinya itu sebenarnya nggak lagi galau. Apalagi ketika orang sedang nggak semangat, dan ternyata ada temannya yang menuduh galau. Makin gampanglah ia tersugesti galau karena lingkungan itu.

Selain interaksionis, ternyata ada juga, lho, interkorelasi dalam pandangan Freud. Katanya, diri setiap orang itu terbagi jadi tiga, yaitu:

1. Id (pusat nafsu)

2. Superego (nurani atau nilai dari penghayatan): dan

3. Ego (pengendalian rasional). 

Konsep Freud tersebut, walau belum bisa diukur secara empiris, bisa digunakan buat menggambarkan bagian dari kepribadian manusia, lho. Soalnya, para ahli pun setuju bahwa manusia sering nggak sadar, atau nggak bisa mengendalikan pikirannya sendiri, serta nggak selalu serasi antara kebutuhan dan kenyataannya. 

Dan, dalam Islam, soal yang beginian pun sebenarnya ada. Rasulullah saw. bersabda: 

“Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah jasad seluruhnya. Dan, jika ia rusak, maka rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa sekerat daging itu adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim), 

Soalnya, baik itu interakaionis ataupun interkorelasi, sebenarnya kan persoalannya ada di hati. Dan, hati itu merupakan tempatnya perasaan yang memengaruhi pikiran, sehingga jadi sering melebihi-lebihkan atau membesar-besarkan masalah yang sebenarnya ya nggak besar-besar amat. 

Tapi, kalau kita mau teliti, sebenarnya hal-hal yang disebutkan tadi itu bukan penyebab, cuma sekadar pemicu saja, sih. Atau, mungkin semacam respons fisiologis dan psikologis atas pemenuhan kebutuhan, yang dalam versi Maslow, terbagi jadi beberapa hal, yaitu: 

1. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, haus, dan kebutuhan fisik lainnya): 

2. Kebutuhan keamanan (perlindungan dari bahaya fisik dan emosional): 

3. Kebutuhan sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan): 

4. Kebutuhan penghargaan (baik penghargaan internal maupun eksternal): dan 

5. Kebutuhan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan diri sendiri). 

Maka, dari hal-hal itu, ketika ternyata kenyataan itu jauh dengan yang dibutuhkan, atau keinginan yang nggak bisa tercapai, terjadilah suatu kesenjangan yang ujung-ujungnya memengaruhi kondisi pikiran: galau. 

(Seri Canda Nabi, Kiat Menghilangkan Galau dan Mengatasi Stres hal. 18 - 21)

Posting Komentar untuk " Hal yang Bikin Galau"