Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puis-Puisi Haniyya ; Rayuan Angin Renjana




Rayuan Angin Renjana
Oleh Haniyya Nurunnada

Bisik-bisik di tengah malam silih berganti

Menyanyikan bait-bait indah nan dingin tak tersentuh di hati

Menyisakan malam penuh angin tak mau berhenti

 

Di sini, aku duduk bersama rayuan yang tlah lama mati

Namun, ia bagai tak mau merasa terhianati

Oh renjana, bagaimana bisa?

Aku masih di sini tak ke mana-mana

Manun kau tak pernah pergi bagai esok aku hidup merana

 

Pergilah, pergi ke tampat kamu berada

Angin renjana telah menunggumu kembali

Tempatmu bukan di sini

Tidurlah, tidur di atas peradanmu yang tlah lama sepi

Ia menunggumu untuk kembali

Oh renjana, kapan kau akan pergi?





Dari Sabana

Oleh Haniyya Nurunnada


Hamparan sabana tandus mencekik tenggorokan

Padang urmput yang tak ubahnya ladang tiada guna ini

Menyimpan seribu permata tak terhingga nilainya

Ia gersang, sepi, tiada yang mau singgah

 

Sampai Tiba Pak Tua itu dsatang menghampiri

Tuk

Tuk

Tuk

Ia mengetuk tongkatnya pada ranting yang lama tiada berbunga

Satu… dua… tiga… bisiknya

Tiada yang tahu untuk apa ia di sana

Tapi rumput-umput kering itu bahagia

 





Dekapan Sujud Malam

Oleh Haniyya Nurunnada


Pada sujud itu

Jiwa raga ia serahkan semuanya

Pada sujud itu

Hatinya melebur tanpa sisa

Pada sujud itu

Semua air tumpah luluh lantah

Tiada yang tahu, sungguh

Hanya Tuhan dan sepucuk surat yang ia goresi tinta hitam yang jadi saksi

Burung gagak, angin malam, dan lampu semprong yang menemaninya

Jiwa yang tersedu dalam sujud itu baru saja menyearhkan semuanya

Tuhan, apa lagi setelah ini?

Katanya

Dada bergemuruh yang penuh amarah tiada lagi hadirnya

Bagunan tinggi itu tlah rubuh sepenuhnya

Ia kini hanya burung kecil kehilangan arah di tengah padang pasir

Hanya angin dan asa yang menerbangkannya tanpa tahu akan ke mana





Gadis Pesuling

Oleh Haniyya Nurunnada


Tampak seorang gagis memegang sulingnya

Dendang terdengar ke seluruh ruang-ruang koosng hati

Mendayu-dayu bagai lantunan lagu lama

Hai, gadis pengagum asa

Apakah ada hasrat itu masih di dada?

 

Hadirnya bagai ucapan buaya yang tak dapat dipercaya

Namun aku selalu mengharapkannya

Oh asa…

Apakah… kau masih ada di sana?

Sekali lagi, gadis itu meniup sulingnya

Namun yang terdengar hanya suara sumbang tak enak didengar

 

Apa lagi ini?

Tak bisakan ia hanya diam duduk saja?

Kata salah satu telinga yang mendengarnya

Sekali lagi, namun kali ini simfoni indah yang hadir di tngah ruangan pentas itu

Dan sekali lagi, telinga-telinga yang mendengar tiada lagi bersuara

 

Kemudian gadis itu tersenyum

Oh asa, ternyata kamu masih di sana

 Pesantren,  Agustus 2023



Haniiya Nurunnada, Tim BilikSantri.com

Pesantren,  Agustus 2023

 

 

 


Posting Komentar untuk "Puis-Puisi Haniyya ; Rayuan Angin Renjana"