Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Muslimah yang Diperdebatkan: Sebuah Pembelaan Atas Hak Perempuan




Judul : Muslimah Yang Diperdebatkan

Penulis : Kalis Mardiasih

Penerbit: Buku Mojok

Tahun terbit : 2020

Genre: Nonfiksi

Jumlah halaman: 184



Biliksantri.com -  Buku Muslimah yang Diperdebatkan milik Kalis Mardiasih menjadi salah satu buku fenomenal yang membahas isu seputar perempuan. Buku yang di  terbitkan oleh Mojok tahun 2019 ini memiliki tema yang cukup sensitif, utamanya yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Melalui buku ini Kalis menyuarakan banyak hal seperti gender equality, education, women in politics and other public sectors, marital rape, pop-culture, serta masih banyak lagi tentang hak-hak kaum perempuan yang kadang dianggap sebagai kelas kedua.


Sering kali perempuan dianggap sebelah mata oleh orang 

yang harus pasrah terhadap keadaan atau bahkan pasrah mendapatkan kekerasan dari orang terdekat. Perempuan diidentikkan sebagai makhluk lemah yang harus tunduk terhadap laki-laki dan tradisi yang merugikan mereka.


Essai yang ditulis dalam buku ini menjadi contoh dari banyaknya praktik dan anggapan yang merugikan perempuan. Tulisan yang senada dengan keadaan di lapangan ini menjadi salah satu jembatan bagi pembaca bahwa perlunya aware terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.


Bagi Kalis, menjadi muslimah seringkali mendapatkan batasan yang seharusnya bisa digenggam oleh muslimah itu sendiri dan batasan itu terasa meyakitkan serta tak adil. Seperti contoh misalnya di dunia pendidikan yang menjadi kesetaraan bersama kini menjadi perdebatan yang tiada habis, padahal setiap manusia punya hak yang sama dalam mengenyam pendidikan. Pendidikan bagi perempuan memiliki peranan penting bagi peradaban di masa yang akan datang. Perempuan sebagai madrasah pertama dalam keluarga dituntut memiliki keterampilan yang lebih. Oleh karena itu, pendidikan diperlukan dalam membentuk perempuan dan peradabannya. Namun seringkali perempuan dengan pendidikan tinggi dianggap menyalahi tradisi yang ada. 


Pembahasan di buku ini makin asyik ketika mba Kalis membahas masalah perempuan yang berusia 25 tahun di Indonesia tapi belum menikah.


"Usia 25-an tahun buat perempuan Indonesia yang belum berpasangan memang bukan perkara mudah. Kalian yang telah berpasangan, tapi tak kunjung dilamar, atau yang memang belum berpasangan, baik karena belum ketemu laki-lakiyang pas maupun memang-males-aja-sih-punya-pasangan pasti kesal dengan lambe-lambe turah yang ada di mana-mana".


Menikah masih dianggap sebagai puncak pencapaian perempuan, padahal perempuan punya kewenangan dalam menentukan langkah hidupnya sendiri. Seringkali pertanyaan kapan menikah dan dimana calonnya ini mengusik perempuan yang tengah berjuang untuk dirinya, entah mengejar pendidikan, karir, atau bahkan tengah berjuang mati-matian sebagai tulang punggung keluarganya. 


Sedikit tergelitik pada bagian "Dari Mana Asal Tren Maaf, Sekedar Mengingatkan”.  Pada bagian ini,  opini penulis mengarah pada masyarakat yang lumayan judgmental dengan sesuatu yang dianggap kurang berkenan bagi mereka. Mereka langsung melakukan serangan dengan komentar yang menyerang dan cukup mengiris hati bagi yang membacanya. Bayangkan saja ada seseorang yang butuh nasihat atau kata-kata penyejuk atas gejolak hati yang dirasakan, kini berubah menjadi sakit hati dan skeptis terhadap sesuatu yang seharusnya menjadi penopang atau penolong. Hal ini menjadi intropeksi bersama bahwa ilmu dan adab harus sejalan. Belajar ilmu agama seharusnya tidak menjadikan manusia menjadi orang yang paling benar apalagi melakukan penghakiman dengan membawa-bawa dosa. Mengingatkan amat diperlukan, tetapi harus ada adab di dalamnya.


Pada salah satu bagian bab buku ini juga membahas seputar kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Berita mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT yang sebagian besar korbannya adalah perempuan sering kali menjadi highlight utama dalam sebuah berita. Narasi yang meminta perempuan agar senantiasa berhati-hati dan mengenakan pakaian tertutup masih menjadi favorit masyarakat dalam memberikan tanggapan. Perempuan ketika di luar masih dibayangi ketakutan yang luar biasa akan ancaman pelecehan atau pun kekerasaan. Seharusnya, masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi Perempuan agar kasus semacam kekerasaan dan pelecehan tidak terjadi lagi.


Secara keseluruhan, membaca buku Kalis satu ini seperti dibuat manggut-manggut setuju dengan caranya berpikir. Membaca buku ini juga berasa seperti menemukan pembelaan atas hak kita sebagai perempuan yang hidup di lingkup patriarki. Buku ini cocok dibaca semua orang, dengan bahasanya yang ringan dan tegas dengan sedikit hahaha, pembaca bisa dengan mudah memahami topik yang disampaikan. 



Penulis : Khanifah

Editor : Ifa

Posting Komentar untuk "Buku Muslimah yang Diperdebatkan: Sebuah Pembelaan Atas Hak Perempuan"