Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi-puisi Ainun Naja; Pagi yang Menggerutu






Pagi yang Menggerutu

Oleh Ainun Naja



Pagi ini, pagi-pagi sekali
Orang-orang harus terpaksa
bangun dari dirinya sendiri
mengendarai ujung-ujung indra
dengan mata yang masih buta
mengikuti aturan main kontrak yang menyiksa.
Rajin sekali, sangat...
Bahkan lebih dulu dari matahari yang belum kelihatan kerjanya.

Selama cuaca yang tampak makin abu-abu
Mereka terus-terusan menggerutu
tapi tidak pernah berbuat apapun
Tak mau atau tidak mampu? Entahlah.

 





Pemakaman Dini Hari

Oleh Ainun Naja



Senin yang gulita untuk diriku,
Rembulan telah mati dibunuh pagi.
Semerbak mawar menari-nari
Pada pemakaman yang masih dini.

Aku tak mengingat apapun
Hanya kecupan sebelum tidur
Dari puan yang selalu menanam rindu
Hingga menjalar sekujur tubuhku

Namun sayang,
Nasib terlanjur malang
Jalan pulang tak lagi membentang
Untuk cinta yang telah lama hilang

 

 



Berserah Pada Kelabu

Oleh Ainun Naja

 

Langkah-langkah tak tahu arah

Bergantian naik turun tangga

Menuju pada apa?

Menuju pada siapa?

Pelukis langit pun berpamitan

—langit itu telah lupa

Akan rupa kuning dan biru

Sisanya kelabu

 

Silakan mengubur dirimu sendiri,

Kemudian esok kamu akan dihidupkan kembali dengan jiwa yang lain

Dengan kehidupan yang lain, dengan makna yang lain

Dengan kesadaran yang lain, dengan realita yang lain

Dengan ketidak berdayaan yang lain, juga dengan banyak kematian demi kematian yang lain.

 





Desember, 2023


Ditulis oleh Ainun Naja

Tim Biliksantri.com

Posting Komentar untuk "Puisi-puisi Ainun Naja; Pagi yang Menggerutu"