Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Urgensi Pendidikan Pramuka Dalam Kurikulum Merdeka, Dapatkah Terintegrasi?

 

Pelaksanaan Perkemahan Sabtu Minggu (PERSAMI) di SMP Al Ishom (Dok ;Latifatun Na'mah)

April lalu, banyak media yang menyiarkan bahwa Kemendikbudristek mengeluarkan aturan mencabut Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib, (dilansir dari cnnindonesia (Kamis/04/2024)). Hal ini tentunya mendapatkan respon yang beragam dari berbagai pihak, utamanya para aktivis pramuka yang notabene adalah para pewaris yang berusaha melestarikan keberadaan pramuka di tengah banyaknya kegiatan ekstra pilihan disetiap satuan Pendidikan di Indonesia. Namun hal itu tidak dibenarkan, karena menurut Nadiem Makarim (disampaikan pada Senin/04/2024 dilansir dari detikNews), ia hanya menegaskan bahwa kementerian yang dipimpinnya tidak menghapus kegiatan pramuka dari ekstrakurikuler (ekskul) di sekolah. Nadiem menjelaskan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hanya membuat pramuka yang awalnya bersifat ekskul wajib di sekolah, menjadi tidak wajib lagi.

Menurutnya, sekolah tetap wajib menyediakan pramuka sebagai kegiatan pilihan bagi siswa, dan menjadikannya sebagai kokurikuler yang nantinya dapat dipadukan dengan kurikulum merdeka, begitu tutur Nadiem lebih lengkap. "Jadi mungkin itu suatu hal yang bisa meningkatkan status nilai-nilai pramuka yang tadinya hanya ekstrakurikuler bisa masuk ke dalam kokurikuler. Apalagi, menurut saya, lebih menarik lagi kalau bisa dimasukkan ke dimasukkan ke dalam komponen P5, sehingga nilai-nilai kepramukaan itu bisa mendarahdaging di anak-anak kita melalui program co-kurikuler," katanya.

Namun demikian, pernyataan yang telah mampu menimbulkan kesalahpahaman dan kontroversi secara nasional ini, ditanggapi langsung oleh Kwartir Nasional Pramuka Sekjen Kwarnas Pramuka, Mayjen TNI (Purn) Dr. Bachtiar Utomo menyayangkan adanya polemik Kemendikbud yang telah 'mencabut' kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah, dalam pernyataan yang disampaikan ia meminta agar Menteri Nadiem dapat meninjau ulang terkait kebijakan tersebut. keberadaan gerakan Pramuka dan sejarah pembentukannya merupakan keputusan negara dan pemerintahan itu sendiri. Bachtiar mengatakan, sejak dulu banyak regulasi sebagai bentuk dukungan negara untuk Gerakan Pramuka (pada Senin, 1 April 2024 dilansir dari Detikcom).

Hal tersebut Nadiem sampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada Rabu (3/4/2024). Dilansir dari Kompas.com ia menyatakan "Tapi secara prinsip menurut saya satu, mohon sudah tidak lagi dibahas bahwa Pramuka itu dihapus atau dihilangkan dari sekolah. Karena peraturannya sudah sangat jelas bahwa itu menjadi ekskul yang wajib diselenggarakan oleh sekolah," ujar Nadiem (Adhyasta Dirgantara, 2024). Karena disadari atau tidak, pramuka Indonesia yang telah diinisiasi oleh para tokoh sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan hampir disetiap daerah di Indonesia membentuk organisasi kepramukaannya sendiri hingga akhirnya oleh KH. Agus Salim memperkenalkan istilah “Pandu” atau “Kepanduan” untuk organisasi Kepramukaan milik Indonesia. Dalam perjalanan sejarahnya organisasi kepanduan yang jumlahnya ratusan dibagi menjadi beberapa federasi, menyadari adanya kelemahan dari beberapa federasi tersebut maka dibentuklah PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia), namun juga terkendala karena kurangnya kekompakan antara anggota yang tergabung didalamnya.

 

Pramuka Sebagai Ketahanan Nasional

Sejarah yang demikian itu tidak luput dari peran pemerintah yang dari dulu telah mengamini adanya organisasi pramuka yang dianggap cukup berperan dalam membantu ketahanan nasional. Pada 1960 pemerintah dan MPRS berupaya untuk membenahi organisasi kepramukaan di Indonesia, sebagai tindak lanjut upaya tersebut pada 9 Maret 1961 Preseiden Soekarno mngumpulkan tokoh-tokoh dari gerakan kepramukaan indonesia, presiden mengatakan bahwa organisasi kepanduan yang ada harus diperbaharui, aktivitas pendidikan haruslah diganti dan seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu dengah nama Pramuka. Dalam kesempatan ini juga Presiden membentuk panitia pembentukan gerakan Pramuka yang tediri dari Sultan Hamengkubuwono XI, Prof. Prijono. Dr. A. Aziz Saleh serta Achmadi. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Hari Tunas Gerakan Pramuka. Buah hasil kerja panitia tersebut yaitu dikeluarkannya lampiran keputusan Presiden nomor 238 tahun 1961 pada 20 Mei 1961 tentang gerakan Pramuka, maka peristiwa ini disebut sebagai Hari permulaan Tahun kerja.

Tidak hanya pada masa Presiden Soekarno pramuka menjadi sebuah organisasi yang diberikan lampiran resmi dari presiden sebagai organisasi berpengaruh. Pencapaian dan perhatian terhadap pramuka juga dilanjutkan Presiden Soeharto selama masa beliau menjabat. Hal ini dibuktikan dari sebuah pernyataan “Bersama almarhumah Ibu Tien Soeharto yang sejak kecil aktif di kepanduan, Pak Harto menghibahkan tanah seluas 200 hektar di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, untuk dijadikan bumi perkemahan Pramuka. Ini hanya sebagian kecil dari kepedulian Pak Harto kepada Gerakan Pramuka.” (disampaikan ketua kwartir Nasional Gerakan Pramuka dilansir dari Pelita.Online, Selasa 29 Maret 2016).

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (Ka Kwarnas) 2003-2013 Prof Dr dr H Azrul Azwar, MPH, mewakili seluruh anggota Gerakan Pramuka. Ka. Kwarnas saat itu menyampaikan duka cita atas wafatnya mantan Presiden Soeharto pada 27 Januari 2008. Pak Harto adalah juga mantan Ketua Majelis Pembimbing Nasional (Ka Mabinas) Gerakan Pramuka. Bagi Gerakan Pramuka, jasa Pak Harto tak terbilang.

Hampir dapat dikatakan bahwa untuk pertama kalinya organisasi Gerakan Pramuka di Indonesia memiliki bumi perkemahan secara khusus yaitu pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Lahan sumbangan Pak Harto itu kemudian dinamai “Bumi Perkemahan Wiladatika Cibubur”. Bumi Perkemahan Wiladatika kerap digunakan untuk arena Jambore Nasional (Jamnas) sejak 1973. Itulah Jamnas pertama setelah Gerakan Pramuka resmi dilahirkan pada 14 Agustus 1961.

Pada masa orde baru ini perkembangan yang terjadi tidak hanya dari segi infrastrukturnya saja, namun dari jumlah keanggotaan juga bertambah pesat. Bila periode sebelumnya pramuka beranggotakan ratusan ribu, masa orde baru bertambah menjadi belasan juta anggota. Saat itulah, Pramuka tumbuh menjadi organisasi kepanduan terbesar dalam jumlah anggota di dunia. Terhitung pada masa itu jumlah anggota Gerakan Pramuka tercatat lebih daripada 20 juta.

Perkembangan pesat tidak akan bertahan jika karakter para anggotanya tidak tertata dengan baik. Hal itu dapat dilihat dengan tetap bertahannya organisasi ini hingga periode presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada saat beliau menghadiri Hari Pramuka ke-52 di Lapangan Gajah Mada, Kompleks Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur. Dalam pidatonya beliau berpesan bahkan mengajak kepada seluruh peserta dan para anggota pramuka di tanah air untuk terus bersemangat mengikuti kegiatan dan aktivitas kepramukaan. Generasi muda saat ini, kata SBY, akan menjadi pelaku sejarah, yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia. “Banggalah jadi anggota kepramukaan, menjadi tunas-tunas emas generasi muda Indonesia”. Begitu tutur beliau dalam pidatonya (ilansir dari kemdikbud.go.id pada Rabu, 14 Agustus 2013)..

Pada masa presiden SBY, para anggota pramuka lebih ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan pola pikir, komitmen diri bahkan prioritas organisasi untuk kemajuan negeri. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berbudi luhur, ramah, dan toleran. Untuk terus menjaganya, kata SBY, harus dilakukan dengan mendukung dan mengembangkan revitalisasi gerakan Pramuka. Karena baginya, Pramuka tidak sekedar wadah para pelajar dan pemuda Indonesia yang tidak memiliki arah. Namun lebih dari itu, Pramuka dibentuk dengan dasar dan memiliki tujuan yang jelas. Hingga akhirnya diinstruksikan sebagai bagian dari Pendidikan di Indonesia yang dikenal dengan ekstrakurikuler.

 

Penanaman Pendidikan Karakter

Pada kurikulum 2013, Pramuka telah ditetapkan sebagai ekstrakulikuler di lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah. Segala bentuk kecakapan dan keterampilan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurikulum Gerakan pramuka yang menjadi focus adalah penanaman Pendidikan karakter yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Dipungkiri atau tidak, para siswa era abad 20 ini memang sudah hampir tidak mau lagi mengenal bahkan mempelajari aspek-aspek kehidupan, meski demikian masih ada Sebagian kecil yang secara hati nurani tergerak untuk melestarikan model Pendidikan karakter yang disediakan pramuka. Beberapa diantara alasan agar pramuka tetap diadakan diantaranya;

Pertama, memagang teguh keimanan dan bertakwa. Hubungan terhadap Tuhan yang menjadi bagian dari sebuah keniscayaan memiliki hubungan erat dengan hubungan antar manusia. Hubungan yang dapat dikendalikan dengan konsep perilaku yang berlaku akan membuat ketersalingan yang menghasilkan hubungan baik. Pramuka sendiri tidak meninggal mengajarkan untuk selalu tepat waktu dalam beribadah dan menghargai para pemeluk agama yang lain.

Ketiga, bergotong royong. Pramuka selalu mengajarkan untuk mengerjakan sesutu secara bersama-sama dengan kelompoknya. Sebab peserta didik pramuka menyadari bahwa sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini dapat ditunjukan bahwa anak pramuka juga sering membantu korban bencaan alam, suka bermasyarakat dan selalu menjunjung tinggi nilaigotong royong.

Keempat, jiwa kemandirian. kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri. Jiwa kemandirian dalam pramuka muncul dimana anak pramuka terbiasa hidup liar di lingkungan bebas dan bergaul dengan masyarakat umum. Akibatnya anak pramuka dituntut menyelesaikan masalah sendiri tanpa mengandalkan orang lain.

Kelima, berpikir kritis. Dalam berhadapa di masyarakat umum dan lingkungan alam, anak pramuka harus berpikir kritis ketika dihadapkan masalah. Dimana berpikir kritis digunakan ketika anak pramuka menerima informasi atau  masalah yang belum tentu kebenarannya. Anak pramuka dapat mengeluarkan argumentasi sesuai pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki selama pembelajaran pramuka baik di kelas maupun outdoor.

Keenam, dituntut kreatif meliputi, siswa memiliki kemampuan menghasilkan gagasan dan karya orisinil, memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan dalam kehidupan berinteraksi dengan teman, guru dan warga sekolah lainnya. Siswa diharapkan mampu memberikan output secara maksimal yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya namun juga kepada orang di sekitarnya.

Karena pramuka sudah sejak lama dan telah memiliki kekhasan yang tidak dapat dengan mudah untuk dihilangkan begitu saja, maka adanya permen baru yang mengintruksikan pramuka sebagai ekstra opsional juga lebih baik. Bagaimanapun, sejak awal Gerakan pramuka merupakan sebuah kegiatan sukarela yang didalamnya telah membentuk jutaan karakter anggota yang telah mampu memberikan kontribusi terbaik demi kemajuan pada bangsa dan negara tercinta kita ini. Sebagai penutup, harapan penulis yakni, sebagai pelajar, bentuklah diri sebaik mungkin demi masa depan cerah dan bermanfaat.


Referensi

Bukit, Servista, and Weni Sarbaini. ―Pemahaman Guru Sekolah Dasar Terhadap RPP Merdeka Belajar Di Kecamatan Sibolangit Tahun Ajaran 2020/2021.‖ Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar Mahesa Research Center 1, no. 1 (2021) https://journal.mahesacenter.org/index.php/ppd/index

Kemendikbudristek. ―Dimensi, Elemen, Dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka‖ (2022)

Rahmadayanti, Dewi, and Agung Hartoyo. ―Potret Kurikulum Merdeka, Wujud Merdeka Belajar di Sekolah Dasar.‖ Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022): 7174–7187



Oleh: Latifatun Na’mah

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas PGRI Semarang 2024

 

Posting Komentar untuk "Urgensi Pendidikan Pramuka Dalam Kurikulum Merdeka, Dapatkah Terintegrasi?"