Tradisi Tumpeng Syafaat; Wujud Rasa Syukur Kemerdekaan Warga Bugo Welahan
Jepara, biliksantri.com - Jepara, biliksantri.com - Dalam rangka mewujudkan rasa syukur atas kemerdekaan RI ke-79, warga Desa Bugo memperingati tujuh belasan dengan tradisi Bari'an dan Tumpeng Syafaat. Kegiatan itu dilaksanakan oleh warga RW 01 dan RW 02 pada Sabtu, (24/08/2024), bertempat di Pondok Pesantren (Ponpes) Istimaul Qur’an Al Mubin Desa Bugo, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara.
"Untuk mewujudkan rasa syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia sekaligus nguri-nguri budaya," ucap Mulyadi selaku ketua RW 02 Desa Bugo pada kegiatan tradisi tersebut.
Bari'an dan tumpeng syafaat merupakan kegiatan rutin warga Bugo setiap tahunnya pada hari kemerdekaan RI, warga menyebut bari'an berarti selesainya berbagai masalah dan tumpeng syafaat memiliki makna wujud syukur sekaligus doa atas usaha yang di capai.
Senada dengan Mulyadi, di waktu yang berbeda Solikhul Muslim Al Hafidzi juga menjelaskan filosofi bari'an tumpeng syafa'at:
Bari'an memiliki arti selesai (lebaran), arti luasnya adalah selesainya dari berbagai masalah (terkhusus penjajahan).
Tumpeng adalah sajian makanan yang biasa di hidangkan oleh masyarakat jawa untuk syukuran atau acara penting lainnya. tumpeng memiliki arti luas bahwa jika manusia ingin mulia atau bangsa ini makmur maka harus ada nilai usahanya, seperti bentuk tumpeng yang kerucut dan tajam ke atas, secara filosofis diartikan bahwa untuk mencapai puncak kemerdekaan harus ada usaha dan do'a.
Sedangkan syafa'at memiliki arti pertolongan, dalam hal ini, kemerdekaan bisa diperoleh dengan adanya pertolongan dari Allah SWT dan berkah syafa'at dari Rasulullah.
"Jadi, tumpeng syafaat memiliki arti nilai usaha seseorang untuk memperoleh kemakmuran, kemulyaan, maupun kebahagian harus di lalui dengan usaha dan kesungguhan sembari meminta pertolongan pada Allah dengan wasilah rosulallah dan nyadong barokah karomahya dari para wali nya allah (pepunden)," jelas Solikhul Muslim yang merupakan slaah satu tokoh masyarakat Desa Bugo.
Acara diawali dengan pembacaan tahlil dan manakib, setelah rangkaian acara doa bersama selesai, warga bersama para tokoh masyarakat melakukan makan bersama yang sudah disiapkan. makanan yang disediakan cukup menarik karena sajiannya menggunakan daun pisang yang dilipat sisi kanan kirinya menggunakan lidi (biting), sehingga berbentuk cekung seperti mangkok. kebanyakan warga Bugo menyebut sajian ini bernama Takhir yang memiliki arti nata lan mikir.
"Takhir artinya nata lan mikir. Hal ini berarti Setiap langkah manusia supaya hasilnya baik dari penataan hati dan pikiran," jelas Mulyadi sebagai ketua RW saat ditemui tim biliksantri.
Menurutnya, kegiatan ini telah menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dalam bermasyarakat dan bernegara.
"Nilai gotong royong atas kerjasama semua warga sampai acara berakhir," ungkapnya.
Ia berharap acara ini tetap lestari dan semakin banyak dukungan dari masyarakat.
"Acara ini semakin di dukung masyarakat dan tidak terputus di tahun ini saja," harapnya.
Mantan Bupati Kabupaten Jepara, Marzuki memberikan apresiasi sebab kegiatan ini mampu mengkolaborasikan budaya dengan agama.
"Sangat mengapresiasi kegiatan yang mengkolaborasikan budaya dengan keagamaan. Sebab inilah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dulu seperti ini," ungkapnya pada sambutan Tumpeng syafaat.
Alfia/If
Posting Komentar untuk "Tradisi Tumpeng Syafaat; Wujud Rasa Syukur Kemerdekaan Warga Bugo Welahan"