Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mitos Gerhana Versi Jawa

 

Ilustrasi Gerhana, Buto memakan matahari, Warga memukul lesung (foto : google.com )


Gerhana merupakan perstiwa langka yang terjadi di muka bumi. Gerhana matahari maupun bulan menjadi salah satu fenomena alam yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Namun, dibalik itu semua tersimpan sejumlah cerita saat gerhana terjadi tak terkecuali cerita dari orang Jawa. Ada kepercayaan di masyarakat Jawa yang masih kental mengenai fenomena gerhana baik matahari atau bulan. 
 
Dulu, orang Jawa percaya fenomena gerhana merupakan aksi si Buto alias raksasa yang sedang memakan matahari maupun bulan. Awal cerita saat para dewa membagikan air suci kehidupan atau yang biasa disebut tirta amerta. Tetapi air tersebut terbatas dan pimpinan dewa pun membaginya dengan cara mengantre. Satu per satu para dewa meminumnya dengan daun beringin. Khasiat dari air tersebut adalah agar para dewa hidup kekal abadi dan tidak bisa mati selamanya.
 
Tersiar kabar khasiat tirta amerta, si Buto ikut mengantre menyamar menjadi dewa. Saat sampai bagiannya, Bethoro Suryo (Dewa Matahari) mengetahuinya bahwa ia bukan bagian dari dewa. Namun, si Buto terlanjur meminumnya walaupun tidak sampai bawah perut karena badannya dipanah oleh Bethoro Suryo. Kepala si Buto masih hidup dan kalau bertemu dengan Dewa Matahari dan Bulan, ia ingin memakannya. Hal itulah yang menyebabkan gerhana matahari dan bulan.

Sedangkan badannya jatuh ke bumi dan menjadi alat lesung yang biasa orang Jawa katakan. Agar tidak dimakan oleh si Buto, pada saat terjadi gerhana orang Jawa biasa memukul lesung untuk mengusir si Buto agar tidak dimakan. Kegiatan ini masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Jawa meskipun hanya sebagai tradisi saja.

Penulis adalah Muhammad Nur Salim,

Posting Komentar untuk "Mitos Gerhana Versi Jawa"