Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sedihnya Lihat Sistem Pengolahan Sampah di Grobogan

 

(ilustrasi : Lim)

Kota adalah cermin dari peradaban sebuah masyarakat. Bagaimana kita memperlakukan kota kita, sejatinya menunjukkan seberapa jauh kita memahami tanggung jawab terhadap lingkungan. Namun, realitas yang sering kali kita temui di kota-kota besar di Indonesia adalah sampah yang berserakan di mana-mana, menciptakan pemandangan yang tidak hanya merusak estetika, tetapi juga mengancam kesehatan dan keselamatan. Salah satu akar dari masalah ini terletak pada ketidakhadiran sistem pengelolaan sampah yang terpadu, serta pemilahan sampah yang sistematis dari tingkat Rukun Tetangga (RT).

Apalagi di desa-desa Kabupaten Grobogan, banyak warga masih membakar sampahnya sendiri, baik itu sampah organik maupun sampah plasti (anorganik) karena tidak ada tukang sampah bergerobak yang datang untuk mengambili setiap hari. Mereka membuat lubang untuk menimbun sampah, atau kadang malah dibuang di Blumbang sebagai sarana untuk “ngebak jogangan.

Ketika sistem pengelolaan sampah tidak berjalan dengan baik, dampaknya langsung terasa pada keseharian warga. Salah satu yang paling nyata adalah maraknya pembuangan sampah sembarangan. Di setiap sudut kota, terutama di kawasan pemukiman padat, kita bisa dengan mudah menemukan sampah yang menumpuk tanpa pengelolaan yang jelas. Tempat sampah dadakan yang muncul di pinggir jalan menjadi fenomena yang biasa kita lihat. Warga yang merasa tidak ada tempat yang memadai untuk membuang sampah, akhirnya memilih untuk meninggalkan sampah mereka di sembarang tempat. Hal ini tidak hanya menambah beban visual kota, tetapi juga mengundang berbagai masalah lain, seperti bau busuk yang menyebar, mengganggu kenyamanan pejalan kaki, bahkan pengendara kendaraan yang melintas.

Namun, masalah ini tidak berhenti di situ. Ketika sampah-sampah tersebut mulai menumpuk, mereka tidak hanya menciptakan bau yang tidak sedap, tetapi juga memunculkan ancaman kesehatan yang serius. Asap pembakaran sampah yang sering kali dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk mengatasi penumpukan sampah, mengandung zat-zat berbahaya yang dapat membahayakan pernapasan manusia. Tak jarang, asap tersebut mengarah ke jalan raya, membahayakan pengendara sepeda motor dan pengguna jalan lainnya. Gas beracun yang dilepaskan dari pembakaran sampah plastik, misalnya, dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata, bahkan penyakit jangka panjang seperti kanker.

Kondisi ini tentu sangat memperihatinkan, dan tidak hanya merupakan masalah individu, tetapi juga masalah sosial yang mempengaruhi seluruh komunitas. Tanpa adanya pengelolaan sampah yang baik dari tingkat yang paling dasar, yakni Rukun Tetangga (RT), masalah ini akan terus berkembang dan semakin sulit untuk ditangani. Padahal, jika pemilahan sampah dilakukan dengan baik dari hulu, di tingkat RT, maka sampah yang dihasilkan akan lebih mudah dikelola dan didaur ulang. Sampah yang dapat didaur ulang bisa disalurkan ke tempat yang tepat, sementara sampah yang tidak dapat didaur ulang dapat dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dengan cara yang lebih efisien dan tidak merusak lingkungan.

Namun, masalah pengelolaan sampah ini dapat diselesaikan dengan lebih efektif apabila ada kebijakan pemerintah yang jelas dan. Sistem aturan dalam suatu negara atau pemerintah yang kuat dapat mempengaruhi pola perilaku masyarakat. Menurut Marx, "Suprastruktur, yang mencakup hukum dan kebijakan, memainkan peranan penting dalam membentuk perilaku masyarakat yang berada di bawah struktur infrastruktur ekonomi." (Marx, 1976). Dalam konteks pengelolaan sampah, kebijakan yang baik dan penegakan hukum yang konsisten akan menciptakan kedisiplinan sosial di kalangan warga. Jika pemerintah mengeluarkan aturan yang mengatur pemilahan sampah dari tingkat RT, menyediakan tempat sampah yang sesuai dengan kategori pemilahan, serta memastikan sampah dikelola dengan baik, maka masyarakat akan lebih termotivasi untuk mematuhi aturan tersebut.

Sistem pengelolaan sampah yang baik, seperti yang diterapkan di negara-negara maju, tidak hanya bergantung pada regulasi pemerintah, tetapi juga pada keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan proses pengelolaan sampah. Di negara-negara seperti Jepang, sistem pemilahan sampah dari tingkat rumah tangga hingga ke proses daur ulang di pabrik-pabrik sangat terorganisir dengan baik. Rantai pasok pengelolaan sampah ini mengurangi beban sampah yang tidak dapat didaur ulang, serta meningkatkan pemanfaatan kembali sampah yang bisa dimanfaatkan. Negara-negara maju seperti ini telah mengintegrasikan pendidikan tentang pengelolaan sampah dalam kurikulum sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas, sehingga kebiasaan memilah sampah dan peduli terhadap lingkungan sudah menjadi bagian dari pola pikir dan perilaku sehari-hari warganya.

Dengan menanamkan kesadaran tentang pentingnya mengelola sampah dengan baik sejak dini, kita dapat menciptakan generasi yang lebih peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan. Hal ini tidak hanya akan mengurangi sampah di jalanan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Sayangnya, kesadaran akan pentingnya pemilahan sampah di tingkat RT masih rendah. Banyak warga yang belum memahami pentingnya memilah sampah organik dan anorganik, apalagi manfaat dari mendaur ulang sampah. Pemerintah seharusnya hadir untuk memberikan edukasi yang lebih masif dan membuat sistem yang lebih mudah diakses oleh masyarakat, termasuk penyediaan tempat sampah yang jelas kategori pemilahannya, serta pengangkutan sampah yang lebih terjadwal dan terorganisir.

Kehadiran sistem pengelolaan sampah terpadu yang dimulai dari tingkat RT hingga ke tingkat kota adalah kunci untuk mengatasi masalah sampah yang kini menjadi momok. Sistem ini tidak hanya akan mengurangi sampah yang berserakan di jalan-jalan, tetapi juga membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas hidup warga kota. Jika kita ingin kota kita tetap layak huni, kita harus mulai dari diri sendiri, dari tingkat yang paling kecil, untuk memperbaiki cara kita mengelola sampah.

Tentu saja, pemerintah dan masyarakat harus bersinergi. Ini bukan hanya masalah kebersihan kota, tetapi juga masalah kesehatan, keselamatan, dan keberlanjutan lingkungan. Kota yang bersih dan teratur adalah cerminan dari masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab. Dengan memulai pemilahan sampah dari tingkat RT, kita bukan hanya membersihkan kota, tetapi juga membersihkan diri kita dari kebiasaan buruk yang merusak masa depan kita.

 

Penulis Wahyu Dwi Pranata

Direktur Supaya Grobogan Maju

 

 

Posting Komentar untuk "Sedihnya Lihat Sistem Pengolahan Sampah di Grobogan"