Teladani Nilai Gusdurian dalam Soroti Masalah Sosial, Masyarakat Desa Ngambakrejo Adakan Kegiatan Refleksi
![]() |
| Dok. Panitia |
Kegiatan yang berteakan "Reflesi Keberagaman Meneladani Guru Bangsa, Gusdur".
Kegiatan ini terselenggara tepatnya pada pukul 3 sore hari dan dalam pertemuan tersebut, kegiatan dimulai dengan saling berkenalan, berbagi Alamat, dan kegiatan sehari-hari. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan menceritakan keresahan masing masing peserta. Di antaranya ada
Salah satu anggota Gusdurian, Umar Haji Mussaid dari Gusdurian Grobogan yang menyatakan terdapat sembilan nilai utama Gusdur (Abdulrahman Wahid) yang dapat digunakan sebagai pedoman bernegara.
“Kita dapat meneladani kesederhanaan Gusdur dalam berpakaian, memperjuangkan keadilan kaum minoritas, serta cara Beliau memanusiakan manusia,” ucap Umar Haji Mussaid.
Selanjutnya, Umar Haji juga menjelaskan adanya ketimpangan kondisi sosial-ekonomi antara rakyat dan pejabat yang cukup memprihatinkan di Kabupaten Grobogan.
“Kita lihat, hari ini banyak sekali keangkuhan diperlihatkan oleh pejabat negara dan anggota dewan yang tidak mencerminkan kondisi sosial Masyarakat. Mereka masih bisa pamer jalan-jalan dengan gaji dsn tunjangan yang fantastis, sedangkan masih banyak warga hidup susah mencari kerja, ditambah dengan tekanan pajak dan harga tanah yang semakin melambung tinggi, sehingga tidak bisa terkejar oleh minimnya UMR Grobogan," ucapnya.
Wahyu Dwi Pranata dari Grobogan Maju juga menilai bahwa masalah sosial di Grobogan kian kompleks ketika ramai diberitakan tentang kepala dusun di Desa Crewek Kecamatan Kradenan dipersekusi dan dipaksa untuk mengundurkan diri dari jabatannya setelah menjabat 20 tahun hanya karena masyarakat tidak suka dengan orientasi seksual si Kadus yang dianggap aneh dan menyimpang. Ia menilai bahwa ini kondisi ini menggambarkan bahwa masyarakat tidak memahami tentang nilai keberagaman sebagai implementasi dan konsekuensi atas penerimaan Pancasila sebagai Ideologi negara Indonesia.
“Ketidakmampuan manusia memahami Pancasila, mengakibatkan hak-hak orang lain terenggut. Kita harus mampu melihat dan menerima orang lain hidup menjadi manusia seutuhnya, walaupun terkadang bertentangan dengan pedoman beragama yang kita yakini. Indonesia ini negara Hukum yang berpancasila, sehingga negara harusnya menjamin kebebasan setiap warga, bukan malah menindas rakyatnya," terang Wahyu Dwi Pranata dari Grobogan Maju.
Sedangkan, Ki Atma sebagai aktivis senior Gusdurian menekankan bahwa, "Dalam mengenang dan meneladani Gusdur, ikta sebaiknya jangan berusaha untuk meniru tingkah laku Beliau, akan tetapi kita berusaha untuk menghadirkan Gusdur dalam jiwa dan pikiran," harapnya.
(han/alf)


Posting Komentar untuk "Teladani Nilai Gusdurian dalam Soroti Masalah Sosial, Masyarakat Desa Ngambakrejo Adakan Kegiatan Refleksi"