Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Forum Lintas Iman Grobogan Soroti Kapitalisme dan Tata Kelola Kota sebagai Dampak Bencana Tahunan



Grobogan, Biliksantricom_ Forum Lintas Iman Grobogan menggelar diskusi rutin yang mengangkat tema Perempuan, Alam dan Perjuangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, (25/10/2025).

Pembina Gusdurian sekaligus Pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI), Rita Dwi Lestari menjelaskan bahwa salah satu cara mengenali alam dan bumi ialah berani mengambil jarak dan jeda terhadap kehidupan. Kemudian, manusia merefleksikan kejadian yang ada. Termasuk bencana alam, banjir yang terjadi di kota Purwodadi beberapa tahun ini.

"Cara mengenali alam ialah ketika kita berani mengambil jarak dan jeda terhadap kehidupan ini semua dan selalu merefleksi apa yang telah kita lakukan," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa bencana alam banjir yang sekarang rutin terjadi 3-4 kali dalam setahun. 

Seperti kasus banjir di Desa Cingkrong, Kita harus berani Jujur bahwa bukan hanya karena hujan yg berlebih kemudian banjir terjadi. hal ini dikarena rusaknya hutan didaerah hulu yang ditanami jagung. Pendangkalan sungai.

Kerusakan ini sebab kuatnya Kapitalisme. 

"Orang ingin ambil untung sebanyak banyaknya dari proses bisnis pertanian tanpa memikirkan apa dampak kerusakannya", tambahnya.

Ia menerangkan apabila manusia mau belajar dan memperbaiki bencana ini. Manusia ambil secukupnya, bumi yang menghasilkan harus dipandang sebagai kehidupan yang saling membutuhkan antara manusia, perempuan dan Bumi.   

"Keseimbangan antara memberi dan mengambil harus diatur. Kita kembalikan Perempuan sebagai aktor yang penuh cinta kasih dan merawat kehidupan," tegasnya.

Ki Atma pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) menuturkan pelajaran ini dapat mengadopsi perkataan aktivis Lingkungan Kendeng, Kang Gunretno, bahwa Ibu Bumi sampun Maringi, Ibu bumi Ojo dilarani, ibu Bumi Kang Ngadili.

"Artinya bumi telah memberikan kekayaannya kepada manusia, maka jangan dirusak. Jika itu terjadi maka tuhan sendiri yang akan membalasnya," terangnya.

Sementara itu, aktivis Lingkungan dari Grobogan Maju, Wahyu Dwi Pranata menyatakan bahwa bencana yang terjadi di Purwodadi karena salah kelola Rencana tata ruang kota.

Hal ini dapat dilihat dari Purwodadi kota ini secara geomorfologi seperti sebuah lembah. Diapit 2 sungai besar, Lusi di sisi Utara dan Sungai serang di sebelah barat. Sungai ini bertemu kemudian dibendung di kecamatan Klambu.

"Ketika hujan di kawasan hulu sungainya secara bersamaan ya sudah. Banjir tidak terhindarkan. Apalagi sistem buka tutup bendung Klambu tidak diperbaiki. Sangat menguntungkan daerah bawah seperti Demak, Kudus dan Pati," terangnya.

Wahyu juga menekanan bagaimana seharusnya manusia merespone bencana banjir yg terjadi dengan membuat bangunan rumah atau gedung yang adaptif terhadap bencana. Baik dr sisi material maupun desain. Misal sederhananya Rumah panggung yg dilakukan oleh masyarakat yg tinggal di sekitar sungai Tuntang

"Kita bisa melihat rumah kayu jaman dulu banyak yg geladak panggung, tujuannya ketika banjir, tetap ada area resapan yang besar. Ketika kemarau juga air tanah kembali terisi dan tidak kekurangan air."

Dari sisi material dapat menggunakan elemen yg total jejak karbon produksinya rendah. Dan materialnya mampu diproduksi ulang disekitar kita. Cepet tumbuh atau sustainable material.

Alf

Posting Komentar untuk "Forum Lintas Iman Grobogan Soroti Kapitalisme dan Tata Kelola Kota sebagai Dampak Bencana Tahunan"